Total Tayangan Halaman

Kamis, 10 September 2015

Dzikir vs Gadget

Bismillahirrahmanirrahim. Ini semua tentang aku. Sedikit menyinggung orang lain mungkin. maaf jika ada kata yang salah. Pernahkah kalian berniat untuk selalu mengamalkan dzikir di setiap waktu tapi terkalahkan oleh suatu kebiasaan yang benar benar jauh dari manfaat. Bahkan ketika kalian sadar itu tetap saja ga mampu menghilangkan kebiaasaan itu.  Ku jawab sendiri aja, "iya" buatku.


Papa dan umi adalah orang tua yang benar benar memberikan contoh yang luar biasa buatku dan adik adikku, tentang ini. Bibir mereka selalu berbisik, jari mereka selalu bergerak disetiap kesempatan yang mereka punya. Tasbih selalu ada di tangan, di bawa kemanapun mereka pergi. Kebiasaan mereka, juga jadi kebiasaan kami walaupun tak seintens papa dan umi, maklumlah usia kami masih tergolong muda waktu itu masih diselimuti dengan keja'iman, malu di bilang tua, sok alim. Sebuah pemikiran yang benar benar salah, seandainya aku berfikir ini waktu itu bahwa amal ibadah harus dilakukan dimana saja dan kapan saja karena mati tak kenal tua atau muda.



 2011 papa pergi, moment moment yang berat buatku. Belum terbiasa dengan kesendirian. Sedih, tak punya tempat berbagi sebaik papa kecuali Allah. Sholat, berdo'a mengadu segala masalah kepada Allah, membaca alqur'an jadi penerang hati, dan dzikir mengisi kekosongan selalu ku lakukan, belangsung terus walau masih belum sehebat papa.

2015 adalah tahun yang menurutku adalah awal dari kemunduran hidupku. Hadiah gadget yang diberikan seseorang di hari ulang tahun ku tak lantas membuat hidupku menjadi semakin hebat, semakin maju sesuai dengan perkembangan dan kemauan zaman. Benda satu ini mendominasi hampir seluruh waktu dan gerakku. Hampir 19 jam dalam sehari tanganku tak lepas dari benda yang satu ini. Efeknya adalah aku jadi jarang dzikir, dan membaca quran lagi. Tasbih papa yang biasa di tanganku berubah jadi gadget. Laailahaillah, subhanallah, walhamdulillah, Allahuakbar berubah jadi Facebook, instagram, tweeter, whatsup, path, line, ntah apalagilah itu. Astaghfirullah.



Danang Darto the comment pernah memberikan sebuah pertanyaan kepada tamunya seorang gadis cantik, bunyinya adalah "apakah benda yang pertama sekali kamu pegang ketika bangun tidur...? Jawaban si gadis cantik adalah "Hp". Pikiran dan hatiku tersentak seketika, tersadar bahwa itulah aku. Aku khawatir manjadi bagian dari orang orang yang akan menyesal satu masa nanti. Dan sepertinya iya, Astaghfirullah al'adzim. Ntah berapa teriliun manusia yang terlena karena benda ini. ckckckck... miris. Hasil dari sebuah kemajuan yang kusadari justru membawa kepada kemunduran.

Yang aneh nya seberapa banyak istighfar, seberapa kuat nya pun ku ingin meninggalkan kebiasaan ini tetap ga bisa. Aku ingat salah satu adegan di sebuah sinetron ramadhan, ada satu tokoh yang kebiasaan hidup nya selalu berkata "ciee.. ciee.." hingga akhir sakratul mautnyapun kata inilah yang mengntarnya pergi. A'udzubillahibmindzalik. Imam adz-dzahabi berkata, mujahid berkat: "tidaklah seseorang meninggal dunia kecuali akan tergambar dihatinya teman teman dekatnya. Orang yang gemar bermain catur ketika di talqin untuk mengucap laa illaha illallah saat hendak meninggal justru mengucapkan "skak" lantas mati. Ada juga yang saat hidupnya hobi minjum khamr ketika di talqin untuk mengucap kalimat tauhid justru mengatakan "minumlah lalu berilah aku minum" lalu mati."  kebiasaan kebiasaan kita sewaktu hidup menjadi gambaran sakratul maut kita. Terkenang akan diri nanti apa yang akan terjadi. Astaghfirrullah. Semoga khusnul khotimah buatku, seluruh keluargaku dan kita semua. Aamiin.

 Ya Allah, kau maha mendengar isi hati kecilku. Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi dahulu padaku sehingga membuat ku mau meninggalkan kebiasaan ini. Jadikan benda ini sebagai alat untuk memperbanyak amalku bukan untuk merugikanku. Aamiin.