Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Desember 2013

Kelasku, 3 MI.

Ga terasa sudah hampir setengah tahun aku mengajar di kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah Ibnu Halim. Tepatnya  adalah tanggal 21 Desember 2013 nanti adalah akhir semester pertama untuk tahun ajaran 2013-2014. 
       Selama hampir 10 tahun mengajar, ini adalah kelas paling luar biasa yang pernah ku didik. Banyak suka duka yang ku dapat dari kelas ini, tertawa, emosi, nyengir, diam seribu bahasa, dan banyak hal kecuali menangis sering ku alami di kelas ini. Mungkin karena tingkat umur yang berbeda sebagai penyebab atau ada faktor lain, ini yang harus ku cari tau. Aku harus bersyukur dengan siswa siswi ku yang berbeda dari sebelumnya ini, karenanya  jadi bisa belajar lagi. belajar tentang sesuatu yg berbeda. Mempelajari tentang hal hal yang berhubungan dengan  mereka, mulai dari mempelajari tingkah laku mereka, cara mengatasinya, mencari metode dan strategi-strategi ampuh untuk mengendalikan mereka di kelas, paling tidak sedikit ilmu psikologi seharusnya ku kuasi. Yang paling penting adalah ku sadar dengan cara mengajarku yang salah selama ini.
Masih banyak kekurangan ku dalam mendidik mereka, beberapa hal yang ku pelajari dari caraku yang ku sadari salah selama ini adalah pengelolaan kelas yang belum maksimal, ku belum bisa memahami siswaku sendiri, jadi lebih otoriter di kelas sehingga memicu perilaku buruk mereka  dengan cara mencari perhatian. Memaksa mereka untuk diam tidak grasah grusuh ketika belajar, dengan menggunakan metode lama waktu ku sekolah dulu melipat tangan dengan 5 hitungan. J pada hal bukan diam itu yang jadi patokan berhasil tidaknya pembelajaran yang sudah ku beri. Ku berhasil ketika siswa siswi ku bergerak karena berusaha memahami pelajaranku atau justru mungkin berusaha untuk mengimplementasikan pelajaran karena mereka sudah memahami pelajaran yang sudah ku beri.
Namun  nilai-nilai di rumah, orang tua, dan lingkungan sekitar  juga sangat besar kemungkinannya menjadi  penyebab keluar biasaan mereka. Sebagai salah satu contohnya adalah perkataan- perkataan kotor dan kasar yang kadang keluar dari bibir mereka yang mustahil didapat di sekolah karena sekolah melarang keras menggunakan kata-kata itu, dan yang pasti para guru tidak mgkin mengajarkan kata-kata ini.
Apapun faktor yang melatar belakangi tingkah laku buruk mereka, ini harus di tindak lanjuti untuk mencegahnya menyebabkan masalah semakin besar. Solusi yang di berikan Evertson dan Emmer (1982) ini mungkin akan sedikit membantuku :
1.    Guru seharusnya menyuruh siswa untuk menghentikan perilaku tidak pantasnya. Guru mempertahankan kontak dengan siswa tersebut sampai perilakunya menghilang.
2.    Guru seharusnya melakukan kontak mata dengan siswa tersebut sampai perilaku baiknya kembali.
3.    Guru perlu mengingatkan siswa tersebut tentang perilaku yang semestinya dilakukan.
4.    Guru mungkin perlu memerintahkan siswa tersebut untuk menjelaskan apa yang dimaksud perilaku yang benar kepada dirinya sendiri. Bila ia memang tidak mengerti, ia seharusnya diberi umpan balik.
5.    Guru perlu memberikan hukuman atas pelanggaran aturan. Ini biasanya berua menerapkan prosedur yang sudah ditetapkan sampai aturan itu dilaksanakan dengan benar. Tetapi bila murid memahami aturan itu lalu sengaja melanggarnya, guru dapat menggunakan bentuk hukuman ringan tertentu, misalnya dengan tidak memberikan privilege (hak istimewa).
6.    Membuat variasi kegiatan, misalnya dengan pindah dari seatwork ke pengajaran interaktif atau melanjutkan dengan topic lain, dapat mengembalikan focus mereka pada pelajaran.
Model lain untuk menangani perilaku buruk adalah model LEAST, untuk menangani “perusuh” :
1.    Leave it alone (Biarkan saja)
Bila perilaku itu tidak semakin buruk, jangan ambil tindakan apa-apa.
2.    End the action indirectly (Hentikan tingkah lakunya secara tidak langsung)
Ini dapat dilakukan dengan mendistraksinya dari perilaku buruk itu dengan memberinya pekerjaan lain.
3.    Attend more fully (Berikan perhatian lebih)
Guru seharusnya berusaha mengenal siswa-siswanya, sehingga mereka dapat melihat jantung permasalahannya. Ini akan membantu guru untuk memutuskan apa yang akan dilakukan.
4.    Spell out directions (Berikah pengarahan kata demi kata)
Ingatkan siswa tersebut tentang apa yang seharusnya dilakukannya dan bila perlu peringatkan dia tentang konsekuensi bila tidak menuruti pengarahan guru.
5.    Track the behavior (Lacak perilaku itu)
 Pantas untuk di coba, semoga berhasil bikin anak-anakku luar biasa baik budinya. J

Karena ini tentang kelasku rasanya ga afdhol kalau ga memperkenalkan pemeran-pemerannya:




Nama:  Cindi Deswinta Putri

Deskripsi:  Selain manis, cindi juga gadis yang pintar. ga sulit memberi pelajaran ke gadis ini. Cindi adalah juara di kelas ini.




Nama:  Vicri

Deskripsi:  Paling luar biasa baik budinya, keras, sulit di atur, tapi        sebenarnya anaknya penurut kalau kita tau caranya. Dia adalah Projek terbesarku.




Nama : Ilham Dwi Cahya

Deskripsi:  Paling silit klau di perintah. “Males” adalah kata ajiannya. Alhamdulillahnya selalu menyelesaikan PR.







Nama : Arsya Amalia Zahra

Deskripsi : Manja, pintar, gampang tertawa,  Paling bagus bacaan sholatnya.








Nama : Muhammad Arif Fatahillah

Deskripsi : Cowok paling kalem di kelas, pintar, ga kan beranjak dari bangkunya selama jam pelajaran selain karena di butuhka.





Nama : Melati Norist

Deskripsi : Suaranya paling keras, Paling cepat memberikan bantuan kalau aku bilang "pusing", senang menulis sepucuk surat yang katanya untuk gurunya tercinta. Baca namanya jadi ingat Chuck Noris :)




That's it, There they are. My beloved Students. And many more...!!!!!